Pada tulisan cara hidup ideal kali ini saya bagikan analogi sampah dan kebencian
Ibarat kebencian, sampah selalu hadir setiap hari dalam hati manusia, dan tugas kita hanya menyapu pekarangan hati setiap hari. Ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari.
Ada cerita menarik dalam konteks ini. Cerita ini saya dengarkan di CD audio dari Andrie Wongso, kurang lebih ceritanya begini. Di suatu vihara terdapat seorang murid yang kerjaanya menyapu halaman vihara yang ditumbuhi tanaman perindang, walaupun sudah setiap hari disapu tetap saja keesokan harinya halaman dikotori lagi oleh daun tanaman perindang itu. Lama kelamaan si murid ini pun mulai bosan memberihkan halaman itu kemudian merenung mencari cara supaya setidaknya ia bisa libur satu hari saja untuk tidak menyapu halaman.
Pada saat sedang asik merenung, datanglah Biksu yang bertugas mengawasi Vihara itu lalu bertanya kepada Si murid kenapa ia kelihatan melamun. Murid menjawab kalau ia sedang memikirkan bagaimana caranya supaya ia bisa setidaknya libur satu hari saja dari menyapu halaman ini. Singkat cerita Si Biksu menyarankan kepada si murid untuk menggoyangkan tanaman yang ada disana sekeras mungkin agar banyak daun yang jatuh sehingga besok diharapkan tidak ada daun yang jatuh lagi dan halaman menjadi bersih.
Si murid pun setuju dengan pendapat si biksu dan melakukan persis seperti apa yang biksu sarankan. Cepat-cepat ia sapu semua daun yang jatuh dengan harapan bisa segera istirahat dan libur keesokan hari... Keesokan harinya pagi pagi sekali Si murid segera berlari ke halaman melihat apakah ada daun yang jatuh lagi, namun ia kecewa karena ia tetap melihat ada daun yang jatuh dan ia harus menyapu halaman lagi.
analogi cerita ini sejalan dengan apa yang ingin saya bagi, yaitu sekeras apapun kita berusaha membersihkan halaman hati ini dari rasa benci, ia tetap saja akan hadir setiap hari dalam hati kita
*sumber gambar : http://www.solopos.com
EmoticonEmoticon