Mencari Kebenaran dalam kehidupan

Selamat pagi pembaca, cara hidup ideal pada postingan hari ini Admin bagikan tentang kebenaran.

Banyak sekali dari kita selalu merasa diri benar, maraknya bermunculan ormas-ormas, kelompok, organisasi seperti ISIS, FPI, GAM, Alqaeda dan masih banyak lagi adalah contoh bahwa kita sebagai manusia memiliki sifat kecenderungan selalu merasa benar. Saya tekankan lagi, "kecenderungan" untuk merasa benar berarti tidak selalu merasa benar, orang-orang yang memiliki kesadaran yang cukup akan bisa membedakannya dan menyadari kesalahannya

Berbicara tentang kebenaran tidak akan ada habis-habisnya, yang sedang hangat sekarang adalah reklamasi Teluk Benoa Bali, sebagian masyarakat merasa benar bahwa reklamasi tidak perlu dilakukan karena dapat merusak alam tapi investor juga merasa benar bahwa reklamasi perlu dilakukan untuk meningkatkan perekonomian.

Bahkan pada kisah Mahabarata pihak Korawa dan Pandawa sama-sama merasa benar, belum lagi kisah sebelumnya dalam epos Ramayana dimana Sri Rama dan Rahwana berseteru sampai terjadi peperangan adalah karena kedua pihak merasa benar. Kengototan seperti itulah penyebab terjadinya kebakaran di dalam diri dan meluap keluar sebagai kemarahan dan keinginan untuk menaklukkan pihak lain. 

Beberapa pembelajar kehidupan yang menyadari hal ini, pelah perlahan mulai mengurangi menghakimi orang lain dengan paradigma benar salah dan menggantinya dengan penerimaan secara tulus. Orang-orang tipe ini menyadari bahwa sebenarnya semua adalah hal yang terkait, misalnya orang tua dengan anak kegemukan kerap menyalahkan anak karena terlalu banyak makan kemudian memaksanya untuk berdiet. Setelah berbagai program diet dicoba tetap saja tidak berhasil mengurangi nafsu makan si anak, di tengah keputus asaan orang tuanya mereka bertemu dengan seorang psikolog, setelah dilakukan sesi konsultasi dengan psikolog tersebut baru diketahui penyebab nafsu makan anaknya yang tidak terbendung adalah kurangnya perhatian dari orang tuanya. Si anak ternyata merindukan kasih sayang yang tidak didapat dari orang tuanya dan mencari pelarian ke makanan.

Menyadari hal ini Para pembelajar kehidupan lebih memilih menerima dan tetap melakukan kebaikan-kebaikan kecil yang tidak terlihat, menerima perbedaan pendapat namun terus melakukan kewajibannya yaitu melakukan kebaikan kecil daripada ikut terbakar dengan paradigma benar salah 

Kalo seperti itu siapa yang salah siapa yang benar? kita menganggap diri benar, orang lain menganggap dirinya benar. Padahal ingin kebenaran versi kita dianggap benar orang lain sama halnya mencoba melawan hukum gravitasi. Tidak mungkin terjadi di Dunia yang tunduk dengan hukum alam ini, jika Anda tetap mencoba memaksakannya, hidup bi bulan aja sana..


Previous
Next Post »